BERAU, HARAPANPOST.COM – Kelangkaan pasir yang terjadi dalam sepekan terakhir di Kabupaten Berau dikeluhkan para pengembang properti. Pasokan bahan bangunan yang terganggu mengancam kelangsungan berbagai proyek konstruksi, baik swasta maupun pemerintah.
Salah satu pengembang, Muhammad Arif dari Winada Property, mengaku aktivitas pembangunan hunian terpaksa terhenti akibat tidak tersedianya pasir di pasaran.
“Sekarang ini proyek benar-benar mandek. Tukang sudah seminggu lebih tidak bisa kerja karena pasir tidak ada. Itu bahan utama di setiap konstruksi,” ujar Arif kepada Harapanpost.com, Rabu (04/06/2025).
Arif menjelaskan, kelangkaan ini dipicu oleh terhambatnya penambangan pasir karena belum adanya izin resmi atau “Galian C”. Ia menyayangkan lambannya respons Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau.
“Kalau Bupati mau bersurat ke Polres agar distribusi bisa dibuka sementara, saya yakin proyek bisa jalan lagi. Ini juga menyangkut proyek pemerintah yang dikejar waktu,” tambahnya.
Ia menyoroti bahwa tidak ada alternatif pengganti pasir dalam konstruksi. Sementara bahan bangunan lain seperti semen masih bisa disiasati melalui pasokan dari provinsi tetangga.
“Pasir itu ibarat nasi. Tanpa itu, bangunan lumpuh, kalau hanya semen yang langka biasanya kami ambil di Kaltara, tapi ini pasir di mana kita mau cari penggantinya” tegasnya.
Arif juga mengeluhkan proses perizinan, terutama saat mengurus Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) sebagai pengganti IMB. Ia menyebutkan harus ke Jakarta untuk mencari solusi, karena kesulitan mendapatkan bantuan teknis dari pegawai pemerintah di Berau.
“Harusnya bisa dibantu dan diajari, bukan dipersulit,” ucapnya.
Lebih jauh, ia meminta pemerintah daerah, khususnya Bupati Berau, segera membuat regulasi atau kebijakan agar distribusi bahan bangunan tidak terganggu.
“Jangan terlalu birokratis. Kalau kita benar, kenapa harus takut? Yang rugi masyarakat,” ujar Arif.
Ia juga mengingatkan bahwa kelangkaan pasir berdampak langsung pada kualitas bangunan. Ia bahkan harus menambah penggunaan semen untuk menutupi kekurangan material yang sesuai standar.
“Kalau jalan dicor pakai campuran seadanya, setahun bisa rusak,” tuturnya.
Ia berharap para stakeholder terkait segara mencari solusi terkait kelangkaan pasir demi kelancaran pembangunan daerah.
“Jadi tolonglah segera diurus izinnya, karena kita sama-sama cari makan istilahnya di sini,” pungkasnya. (Irfan/Rdk).