TANJUNG REDEB, Harapanpost.com – Frans Lewi, anggota DPRD Kabupaten Berau yang juga merupakan petani aktif di wilayah pesisir selatan, menyampaikan keluhannya terkait pendistribusian bibit dan pupuk yang masih belum optimal bagi para petani di daerah tersebut, Sabtu (12/10/2024).
Frans menyoroti minimnya bantuan yang diberikan kepada para petani, terutama terkait distribusi pupuk bersubsidi dan bibit unggul.
Ia menyampaikan bahwa selama delapan tahun berdomisili di sana, dirinya dan banyak petani lain belum pernah menerima distribusi bibit gratis dari pemerintah. Bahkan, untuk mendapatkan pupuk bersubsidi pun sulit, karena hanya mereka yang tergabung dalam kelompok tani yang bisa mendapatkan akses tersebut.
“Saya sendiri sudah bertani di sana selama delapan tahun, namun belum pernah mendapatkan pupuk bersubsidi atau bibit unggul dari pemerintah. Itu hanya bisa didapatkan oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani,” ungkap Frans.
Ia berharap calon Bupati yang terpilih pada pemilihan mendatang dapat mengusulkan program yang lebih inklusif, khususnya bagi petani di daerah pesisir, dengan memberikan bibit unggul dan pupuk bersubsidi secara merata. Menurutnya, hal ini penting untuk meningkatkan hasil pertanian dibidang pagang dalam kesejahteraan petani di Kabupaten Berau.
“Harapan saya, calon Bupati yang terpilih nanti bisa mengusulkan program untuk memberikan bibit unggulan dan pupuk bersubsidi bagi seluruh masyarakat petani. Kami sangat membutuhkan dukungan agar alat pertanian, bibit, dan pupuk bisa lebih mudah didapatkan,” tambahnya.
Lanjut, ia juga menyoroti persoalan yang dihadapi petani di Tembudan, salah satu desa di pesisir selatan Berau. Ia menjelaskan bahwa meskipun desa tersebut memiliki sekitar 800 Kepala Keluarga (KK), hanya ada empat kelompok tani yang terdaftar, dengan maksimal 30 KK per kelompok. Kondisi ini membuat distribusi bantuan dari pemerintah menjadi tidak merata, dan banyak petani tidak terakomodasi.
“Saya sendiri tidak masuk ke kelompok tani. Di Tembudan, dari 800 KK, hanya ada empat kelompok tani. Kami perlu mendorong masyarakat untuk membentuk lebih banyak kelompok tani agar distribusi pupuk dan bibit bisa dilakukan lebih merata,” katanya.
Kurangnya dorongan dan fasilitasi dari pemerintah, menurutnya menjadi salah satu alasan mengapa pembentukan kelompok tani berjalan lambat. Ia berkomitmen untuk mendorong pembentukan kelompok tani lebih banyak sebagai bagian dari tugasnya sebagai anggota dewan.
“Tidak ada yang memfasilitasi atau mendorong masyarakat untuk membentuk kelompok tani, sehingga mereka kesulitan melakukannya sendiri. Ini akan menjadi program saya sebagai anggota dewan, untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa terlibat dalam kelompok tani dan mendapatkan akses ke bantuan pemerintah,” jelasnya.
Ia juga berharap kepada para petani, terutama petani sawit, yang menurutnya saat ini menjadi sektor pertanian yang paling menjanjikan di Kabupaten Berau. Frans mendorong petani untuk membuka dan mengharapkan lahan yang kosong. Dan kepada pemimpin Kepala Daerah selanjutnya memiliki komitmen kuat dalam mendukung sektor pertanian.
“Harapan saya, petani sawit khususnya, bisa lebih berkembang karena sawit adalah salah satu primadona pemasukan bagi Berau. Saya juga menghimbau kepada petani yang masih memiliki lahan kosong untuk segera menggarapnya, dan kepada pemimpin kepala daerah selanjutnya supaya distribusi bibit dan pupuk bisa lebih mudah didapatkan,” tutupnya.
(Irfan/Adv)