BERAU, HARAPANPOST.COM — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau tengah memacu program swasembada pangan lewat penguatan Brigade Pangan. Program ini menggarap 895 hektar lahan sawah dengan target peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan hasil panen.
Program ini merupakan inisiatif dari Kementerian Pertanian RI dan menjadi salah satu andalan nasional untuk meningkatkan produksi beras lokal pada 2025.

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Berau, Rudi P Mangungsong menilai swasembada pangan sebagai langkah penting, namun mengingatkan agar program ini tidak hanya berhenti di tataran slogan.
“Swasembada pangan itu jangan hanya jadi jargon saja. Harus ada aksi nyata. Yang paling mendesak sekarang adalah mengatasi kelangkaan pupuk, baik subsidi maupun non-subsidi,” ujarnya.
Menurut Rudi, ketersediaan pupuk menjadi masalah utama yang sering dihadapi petani. Selain itu, ia menilai bahwa kebijakan swasembada pangan tidak boleh hanya berorientasi pada proyek, tetapi harus langsung menyentuh kepentingan petani.
“Petani kita banyak yang punya semangat, tapi mereka kesulitan karena pupuk langka dan mahal. Harus ada jaminan akses terhadap sarana produksi pertanian,” katanya.
Ia menambahkan bahwa DPRD Berau, mendukung penuh program pusat ini. Salah satunya dengan penguatan regulasi perlindungan lahan pertanian melalui peraturan daerah.
“Kami punya perda untuk melindungi lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan. Ini harus dijalankan konsisten supaya program pertanian bisa berkelanjutan,”* ucapnya.
Rudi juga berpesan kepada generasi muda Berau agar tidak tinggal diam dan ikut berkontribusi pada sektor pertanian.
“Regenerasi petani itu penting. Kalau 10–20 tahun ke depan tidak ada anak muda yang mau bertani, kita akan menghadapi krisis petani. Pemerintah harus fasilitasi bibit, pupuk, dan akses lahan bagi mereka,” pungkasnya.

Kepala Bidang kesehatan hewan dan masyarakat verteriner selaku Pejabat Pembuat Komimen (PPK) Kegiatan Optimalisasi Lahan (Oplah) Dinas TPHP Kabupaten Berau, Untung Pamilih menjelaskan bahwa program ini melibatkan lima Brigade Pangan (BP), masing-masing menangani sekitar 200 hektar lahan. Setiap brigade terdiri dari 15 orang yang bertugas mendukung pengelolaan lahan secara intensif dan meningkatkan IP dari satu kali menjadi dua hingga tiga kali panen per tahun.
“Inti kegiatan ini adalah meningkatkan IP. Jika biasanya hanya satu kali tanam per tahun, targetnya bisa menjadi dua kali bahkan lebih, tergantung kondisi lapangan,” kata Untung kapada Harapanpost.com via telepon, Jumat (13/06/2025).
Ia menjelaskan, kegiatan program terbagi dalam beberapa bagian. Penyusunan desain informasi dan sistem dilakukan oleh Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sementara pelaksanaan fisik di lapangan, seperti pembangunan tanggul, pintu air, dan saluran irigasi, dilakukan oleh TNI.
Selain itu, program ini juga didukung bantuan alat dan mesin pertanian dari pemerintah pusat. Saat ini, Berau telah menerima sejumlah traktor roda dua dan empat, rotavator, alat tanam, serta pompa air.
Meski program telah berjalan, sejumlah tantangan masih dihadapi. Salah satunya adalah faktor cuaca ekstrem yang menghambat proses tanam.
“Tahun ini seharusnya kemarau, tapi justru terjadi banjir besar. Banyak lahan yang tergenang dan petani gagal semai hingga dua kali,” ujarnya.
Untung menyebut, dari total lahan 895 hektar, sekitar 60 hingga 70 persen sudah ditanami. Beberapa lokasi yang telah mencapai hampir 100 persen tanam antara lain Buyung-Buyung, Semurut dan Melati Jaya , sementara daerah seperti Labanan Jaya, Tasuk dan Bebanir Bangun terkendala banjir dan baru mulai pengolahan.
Ia berharap dukungan berkelanjutan dari legislatif dan eksekutif daerah agar program ini tidak hanya berhenti pada bantuan awal. Fokus pembinaan jangka panjang dan pemanfaatan lahan tidur menjadi kunci utama. Jika seluruh potensi lahan bisa digarap optimal, maka kekurangan sekitar 1.500 hektar untuk mencapai swasembada pangan di Berau bisa segera teratasi.
“Target kita adalah pemanfaatan sawah secara maksimal agar kebutuhan beras di Berau bisa tercukupi. Saat ini kita baru mencapai 65-70 persen kecukupan. Sisanya masih impor dari luar daerah,” jelasnya. (Irfan/Rdk/Adv).