banner 1024x768
BerauBeritaEkonomi

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kaltim: Tantangan dan Harapan untuk Ekonomi Lokal

×

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kaltim: Tantangan dan Harapan untuk Ekonomi Lokal

Sebarkan artikel ini

BERAU, HARAPANPOST.COM – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah pusat terus diperkenalkan di berbagai daerah guna menyediakan makanan sehat bagi anak-anak yang membutuhkan. Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Akmal Malik, menyatakan bahwa program ini telah diuji coba sebanyak enam kali di beberapa wilayah.

“MBG saat ini masih dalam tahap dukungan dan percontohan. Kami sudah enam kali melakukannya,” ujar Akmal pada Kamis (13/2/2025).

Sejumlah daerah di Kaltim yang telah menjalani uji coba MBG di antaranya adalah Samarinda, Balikpapan, Biduk-Biduk, dan Kutai Timur. Akmal juga mengungkapkan bahwa beberapa kabupaten telah menginisiasi program ini secara mandiri.

Guna memperlancar implementasi MBG, Akmal berharap TNI dan Polri dapat turut serta menyediakan dapur umum, mengingat keterbatasan alat masak yang masih menjadi kendala utama.

“Kami ingin daerah yang sudah menjalankan program ini bisa melibatkan TNI dan Polri, karena mereka memiliki fasilitas dapur umum yang bisa dimanfaatkan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Akmal menegaskan bahwa program MBG tidak dapat menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), melainkan harus bersumber dari Badan Gizi Nasional (BGN). Oleh karena itu, pemerintah daerah diimbau segera menjalin kerja sama dengan BGN, sekaligus membuka peluang bagi pihak swasta untuk berpartisipasi.

Selain kendala fasilitas dan pendanaan, Akmal menyoroti tantangan terbesar dalam pelaksanaan MBG, yakni ketergantungan terhadap bahan baku dari luar daerah.

“Saat ini, bahan pokok yang digunakan dalam MBG masih didatangkan dari luar Kalimantan Timur, sehingga biayanya cukup tinggi,” ungkapnya.

Sebagai solusi jangka panjang, Akmal mendorong peningkatan produktivitas sektor pertanian dan perkebunan di Kaltim agar kebutuhan pangan dapat dipenuhi secara mandiri.

“Jika produksi pangan lokal meningkat, program ini tidak hanya berjalan optimal, tetapi juga bisa menstimulasi pertumbuhan ekonomi daerah. Kita tidak bisa hanya bergantung pada sektor pertambangan, karena pertanian juga memiliki prospek cerah,” pungkasnya. (Irfan/Rdk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *