banner 1024x768
Uncategorized

Peringatan HUT Gunung Tabur ke-21 danAbut Bassar Masyarakat Kesultanan Gunung Tabur ke-3, Bupati Berau : Mari Lestarikan Budaya Berau

×

Peringatan HUT Gunung Tabur ke-21 danAbut Bassar Masyarakat Kesultanan Gunung Tabur ke-3, Bupati Berau : Mari Lestarikan Budaya Berau

Sebarkan artikel ini

TANJUNG REDEB, Harapan Post – Kesultanan Gunung Tabur memperingati hari jadi Kelurahan Gunung Tabur Ke-21 dan Abut Bassar masyarakat adat kesultanan Gunung Tabur ke-3 dalam rangka melestarikan adat yang ada di Bumi Batiwakkal tercinta bertempat kerajaan kesultanan Gunung Tabur kecamatan Gunung Tabur pada, Kamis (5/9/2024).

Pada acara tersebut turut dihadiri oleh Kesultanan Gunung Tabur, Kesultanan Sambaliung, Bupati Berau, anggota DPRD Berau, Sekertaris lurah Gunung Tabur beserta jajaran dan Perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor dalam acara tersebut.

Dalam acara tersebut Sekertaris Lurah Kelurahan Gunung Tabur,Yuda Salisthia menceritakan secara singkat asal muasal sejarah Berau pada masa lalu pada saat Berau hanya dipimpin satu kerajaan dan masing-masing permukiman penduduk dipimpin oleh kepala suku.

“pada masa lalu yaitu awal muasal penduduk daerah berau dan kerajaan Berau. Sejak abad ke-13 Daerah Berau telah sejak lama terdapat permukiman penduduk, bagi masyarakat disini, permukiman tersebut dinamakan “Banua”. Istilah “Banua” ini dapat dibandingkan dengan Istilah “Polis” pada zaman Yunani kuno di Eropa yang setip polis dipimpin oleh seorang kepala suku” ungkapnya.

Di Berau ada 7 Banua yang besar. Banua-banua kala itu masing-masing dipimpin oleh:

  1. Banua Marancang, dipimpin oleh Rangga sari
  2. Banua Pantai dipimpin oleh Ragga Batara
  3. Banua Kuran dipimpin oleh Temanggung Macan Negara
  4. Banua Bulalung dipimpin oleh Angka Yuda
  5. Banua Lati dipimpin oleh Inni Baritu
  6. Banua sekawang dipimpin oleh Kahar Janggi dan yang
  7. Banua Bunyut dipimpin oleh Jaya Pati” ungkapnya.

Pada Abad ke-14, Ketujuh pemimpin banua inilah awwal muasal terbentuknya Kerajaan Berau. Setelah pemimpin 7 banua banaupakkat dan sepakat mengangkat Anak Inni Baritu bernama Baddit Dipattung dinobatkan mejadi Raja dengan Aji Surya Nata Kusuma. Pemerintahan Kerajaan Berau yang pertama berada di Sungai Lati yang sekarang menjadi waliyah Kecamatan Gunung Tabur Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.

Pada masa perkembangannya abad ke-19, Kerajaan Berau runtuh setelah berubah dari kerajaan menjadi Kesultanan Berau. Keruntuhan Kesultanan Berau pada abad ke-19 ini karena menjadi korban politik adu domba yang dilancarkan pihak Belanda, akibat Kerajaan Berau pecah menjadi 2 Kesultanan yang kita kenal sekarang sebagai masyarakat kabupaten Berau yaitu, Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.

Pada Bulan Maret tahun 1950 Dewan Gabungan Kesultanan mengeluarkan keputusan untuk segera bergabung dengan Republik Indonesia Serikat (RIS), Presiden RIS menyetujui kehendak tersebut dengan mengeluarkan keputusan No. 127 tahun 1950.

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas sangat mengapresiasi dan menyambut bayi pelaksanaan hari jadi dan Abu Bakar pada hari ini Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada segenap panitia pelaksana kepada kerabat Kesultanan gunung tabur perangkat pemerintah kelurahan dan kecamatan gunung tabur serta masyarakat dan seluruh pihak yang telah bersama-sama turut mensukseskan terselenggaranya acara tersebut.

“Ini merupakan wujud kecintaan kita kepada adat budaya ini yang adat budaya orang Banua sebagai salah satu suku asli di Kabupaten Berau Apalagi kita hendak memperingati hari jadi ke-71 Kabupaten Berau dan hari ulang tahun ke-214 kota Tanjung Redep sehingganya kegiatan-kegiatan apapun event-event,” ucapnya.

Sri juga menekankan untuk terus melestarikan adat budaya Bumi Batiwakkal agar tetap bertahan di era moderenisasi sekarang hingga generasi penerus dapat tetap melihat kekayaan yang ada di Kabupaten Berau.

“Dalam hal ini terus menerus memberikan perhatian kepada kekayaan budaya Bakti Wangkal karena di sini ada tiga suku ada 3 budaya asli yang harus kita jaga kita lestarikan kebudayaannya yaitu benua bukan berarti kita tidak memperhatikan suku-suku yang lain atau paguyuban paguyuban yang lain semua tetap menjadi perhatian kita tetapi yang merupakan tutup takal ini mau yang tadi di sini itulah yang harus kita jaga Supaya apa anak cucu kita dapat mengetahui bahwa banyak kebudayaan-kebudayaan yang harus kita jaga untuk mereka ketahui bersama,” tambahnya.

Pangeran Hadiningrat juga mengucap rasa terimakasihnya serta berharap kebudayaan Gunung Tabur tetap Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya nyata melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai budaya leluhur kesultanan Gunung Tabur ditengah era transisi modernisasi.

“Tentu ini menjadi tantangan kami juga tantangan lapisan masyarakat untuk dapat berkolaborasi dalam menjaga nilai leluhur adat istiadat khusus kesultanan Gunung Tabur untuk tetap hidup dan dihormati,” pungkasnya.

(Irfan/Rdk).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *